Huruf Miring dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia

Tulisan ini diambil dari Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) Tahun 2015




1. Huruf miring dipakai untuk menuliskan judul buku, nama majalah, atau nama surat kabar yang dikutip dalam tulisan, termasuk dalam daftar pustaka.



Misalnya:


  • Saya sudah membaca buku Salah Asuhan karangan Abdoel Moeis.

  • Majalah Poedjangga Baroe menggelorakan semangat kebangsaan.

  • Berita itu muncul dalam surat kabar Cakrawala.

  • Pusat Bahasa. 2011. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Edisi Keempat (Cetakan Kedua). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.





2. Huruf miring dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata dalam kalimat.



Misalnya:


  • Huruf terakhir kata abad adalah d.

  • Dia tidak diantar, tetapi mengantar.

  • Dalam bab ini tidak dibahas pemakaian tanda baca.

  • Buatlah kalimat dengan menggunakan ungkapan lepas tangan.





3. Huruf miring dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan dalam bahasa daerah atau bahasa asing.



Misalnya:


  • Upacara peusijuek (tepung tawar) menarik perhatian wisatawan asing yang berkunjung ke Aceh.

  • Nama ilmiah buah manggis ialah Garcinia mangostana.

  • Weltanschauung bermakna 'pandangan dunia'.

  • Ungkapan bhinneka tunggal ika dijadikan semboyan negara Indonesia.



Catatan:

(1) Nama diri, seperti nama orang, lembaga, atau organisasi, dalam bahasa asing atau bahasa daerahtidak ditulis dengan huruf miring.

(2) Dalam naskah tulisan tangan atau mesin tik (bukan komputer), bagian yang akan dicetak miring ditandai dengan garis bawah.

(3) Kalimat atau teks berbahasa asing atau berbahasa daerah yang dikutip secara langsung dalam teks berbahasa Indonesia ditulis dengan huruf miring.

Komentar

Postingan Populer