Bahasa Sebagai Jawaban dari Pertanyaan

Penafian:
Tulisan ini merupakan tujuh besar dari lomba penulisan "Pengalamanku Belajar Bahasa Kedua"
Tulisan ini tidak diubah atau disunting ulang oleh Cerita Bahasa dan berlisensi CC-BY-NC-SA 4.0


Oleh: Laksita Gama Rukmana

Bahasa adalah media dari sebuah komunikasi. Komunikasi memang luas definisinya, namun secara sederhana komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan. Dalam proses komunikasi salah satu unsur yang harus diperhatikan adalah bahasa yang digunakan. Apabila komunikator dan komunikan tidak memahami bahasa yang digunakan maka proses komunikasi tidak akan berhasil. Sebuah bahasa dapat menjadikan sebuah persamaan makna sehingga tidak terjadi misscomunication.

Saya adalah seorang Mahasiswa Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian di salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Yogyakarta. Penyuluhan Pertanian adalah pendidikan non formal yang diberikan kepada petani dan keluarganya agar dapat merubah pengetahuan, sikap dan keterampilan agar berubah perilakunya sehingga mampu menolong diri sendiri agar tercapai kesejahteraan. Penyuluhan merupakan sebuah proses skilis yang meliputi program, pelaksanaan, dan evaluasi. Penyuluhan dapat dilakukan dimana saja, kapan saja dan dengan menggunakan media apa saja. Salah satu hal penting dalam melakukan penyuluhan adalah bahasa.

Dalam penyuluhan bahasa antara seorang penyuluh dan orang yang diberikan penyuluhan harus sama. Melalui bahasa yang sama, pesan-pesan yang akan disampaikan dalam proses penyuluhan akan lebih mudah diterima. Petani yang tinggal di Jogjakarta dan sekitarnya pada umumnya adalah orang Jawa yang berusia lanjut yang hanya dapat menggunakan bahasa Jawa. Saya memiliki pengalaman belajar bahasa yang luar biasa semenjak saya kuliah dan melaksanakan praktikum yang berhubungan dengan penyuluhan. Pada awalnya saya tidak bisa menggunakan bahasa Jawa yang benar baik bahasa Jawa halus maupun kasar.

Penyuluhan itu bentuknya berbagai macam. Ada yang menggunakan media ceramah, ada yang dilakukan dengan home visit, menggunakan media seperti poster, folder, leaflet, siaran di radio dan lain-lain. Dalam praktikum yang saya lakukan dikampus tugas saya adalah membuat media penyuluhan seperti yang saya sebutkan diatas. Namun apalah arti sebuah inovasi yang saya miliki ketika saya tidak bisa menyampaikannya kepada petani atau orang yang membutuhkan informasi pertanian. Sedangkan pada kenyataanya, narasumber saya adalah orang-orang yang hanya mengerti bahasa Jawa. Sering kali saya mendapat lokasi area kerja di pedesaan yang bahasa sehari-harinya adalah bahasa Jawa.

Saya berpikir bahwa kalau saya tidak bisa berbahasa Jawa saya nggak bisa menyelesaikan semua tugas saya. Bahasa Jawa menjadi hal yang mendasar yang harus bisa dikuasai ketika sedang berada di lapangan. Mulai dari situ saya tekadkan niat untuk bisa belajar bahasa Jawa halus. Saya tanya nenek saya bagaimana tata cara menggunakan bahasa jawa halus. Saya meminta teman saya yang orang jawa asli untuk mengajari saya. Saya sering mendengarkan siaran pedesaan berbahasa jawa di radio. Saya ke toko buku membeli “Pepak Bahasa Jawa”. Saya perhatikan orang disekitar saya yang menggunakan bahasa Jawa,

Bahasa Jawa adalah bahasa yang unik. Di Jogjakarta dan sekitarnya bahasa jawa adalah mata pelajaran wajib yang didapat sejak bangku SD sampai SMA, bahkan di beberapa universitas terdapat jurusan Bahasa Jawa. Namun menurut saya, belajar bahasa jawa di bangku sekolah belum cukup. Belajar bahasa jawa lebih asik dan mudah diingat ketika praktik langsung dengan orang. Misalnya dengan ngobrol dengan teman, orangtua atau bahkan orang lain-lain. Nanti lama-lama akan menambah kosa kata baru dan suara kita menjadi khas suara dengan logat Jawa.

Bisa menambah bahasa adalah salah satu point plus yang saya dapatkan di bangku kuliah. Sekarang saya sudah tidak gugup ketika memberikan penyuluhan didepan dengan bahasa jawa. Saya sudah mahir melakukan wawancara dengan petani dengan bahasa alus. Bahkan waktu saya Kerja Praktek di sebuah Radio di Solo saya berkesempatan untuk on air dengan bahasa jawa. Sekarang saya sedang belajar bagaimana menggunakan bahasa jawa yang baik dan benar untuk poster dan folder.

Bagi saya bahasa adalah segalanya. Tanpa bisa berbahasa jawa, saya tidak akan bisa menyelesaikan tugas-tugas saya selama ini. Tanpa bisa berbahasa jawa, saya tidak bisa mendekatkan diri dengan narasumber-narasumber saya yang membantu tugas-tugas saya. Tanpa bisa berbahasa jawa, saya bukan apa-apa. Bisa berbahasa Jawa telah mengantarkan saya untuk lebih bisa berani bermimpi. Saya tidak takut lagi untuk datang kerumah petani. Saya merasa bahasa jawa adalah bahasa yang halus yang memiliki makna yang dalam.

Proses belajar bahasa setiap orang memang berbeda-beda. Setiap orang memiliki pengalaman masing-masing. Bagi saya, tidak akan ada bahasa yang tidak berguna. Dimanapun seseorang berada pasti akan membutuhkan sebuah bahasa. Kapanpun, seseorang pasti akan selalu berbahasa. Bahasa adalah jawaban dari segala pertanyaan. Bahasa adalah alat bantu untuk dunia yang lebih baik, dunia pertanian misalnya. Ini ceritaku, Bagaimana ceritamu?

Komentar

Postingan Populer